Senin, 26 November 2012

pengaruh situasi


PENGARUH  SITUASI
Faktor situasional adalah kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu tertentu
Kemunculanya terpisah dari diri produk maupun konsumen ( Asseal , 1998 ).
Sedangkan menurut belik ( 1975 ) , mendifinisikan situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tmpat dan situasi yang tidak menurut pengetahuan seseorang ( intra individu ) dan stimulasi ( alternative pilihan ) dan memiliki bukti dan pengaruh sistimatis pada prilaku saat itu .
Lain halnya dengan wilkie ( 1990 ) . pengaruh situasional adalah kekuatan sesaat yg tidak berasal dari dalam diri seseorang atau berasal dari produk atau merek yang di pasarkan , penelitian telah menemukan bahwa faktor situasional mempengaruhi pilihan konsumen dengan mengubah kemungkinan pemilihan berbagai alternative ( kolm,Monroe,dan Glazer, 1987, dalam titus dan Ernett, 1996 ) .

 FAKTOR – FAKTOR SITUASI KONSUMEN
Pengaruh situasional dalam konsumen adalah faktor personal dan lingkungan sementara yang muncul pada saat aktifitas konsumen , sehingga situasi konsumen meliputi faktor-faktor seperti :
Melibatkan waktu dan tempat dalam mana aktifitas konsumen terjadi ,
Mempengaruhi tindakan konsumen sperti prilaku pembelian , dan
Tidak termasuk karakteristik personal yang berlaku dalam jangka panjang. Stuasi konsumen relative merupakan kejadian jangka pendek dan harus dibedakan dengan lingkungan makro atau faktor-faktor personal yang memiliki jangka waktu lama .
Secara garis besar jenis/tipe situasi konsumen dibagi menjadi 3 sesuai dengan waktu kegunaannya yaitu :
1. Situasi Komunikasi
2. Situasi Pembelian
3. Situasi Pemakaian
Situasi Komunikasi
Situasi Komunikasi adalah suasana atau lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi atau melakukan komunikasi. Komunikasi yg dilakukan bisa bersifat pribadi atau nonpribadi
Konsumen mungkin memperoleh informasi melalui :
1. Komunikasi Lisan dengan teman, kerabat, tenaga penjual, atau wiraniaga
2. Komunikasi non pribadi, seperti iklan TV, radio, internet, koran, majalah, poster, billboard, brosur, leaflet dsb
3. Informasi diperoleh langsung dari toko melalui promosi.
Situasi Pembelian
Situasi Pembelian adalah lingkungan atau suasana yang dialami/dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Situasi pembelian akan mempengaruhi pembelian.
Misal: Ketika Konsumen berada di bandara, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng Coke berapa saja harganya ketika haus. Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di swalayan dan mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin sangat sensitif terhadap harga. Konsumen tsb mungkin akan menunda pembelian Coke dan mencari di tempat lain
Situasi Pemakaian
Misal: Konsumen Muslim sering memakai kopiah dan pakaian takwa pada saat sholat atau pada acara keagamaan. Kebaya akan dipakai kaum wanita pada acara pernikahan atau acara resmi lainya, dan jarang digunakan untuk pergi bekerja. Para Produsen sering menggunakan konsep situasi pemakaian dalam memasarkan produknya, produk sering diposisikan sebagai produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada pakaian resmi untuk ke pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk kerja, pakaian untuk santai dan berolahraga.

Tahap-tahap proses pembelian, yaitu
1.      Pengenalan Masalah
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan eksternal ataupun internal.
2.      Pencarian Informasi
Proses mencari informasi secara aktif dimana konsumen mencari bahan-bahan bacaan, menelpon teman-temannya, dan melakukan kegiatan mencari-cari untuk mengetahui tentang suatu barang dan jasa. Secara umum, konsumen menerima informasi terbanyak dari suatu produk dari sumber-sumber komersial, yaitu sumber-sumber yang didominasi oleh para pemasar. Pada sisi lain, informasi yang paling efektif justru berasal dari sumber-sumber pribadi.
3.      Evaluasi Alternatif
Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang rasional.

4.      Keputusan Pembelian
Faktor yang akan mempengaruhi keputusan pembalian adalah sikap orang lain (sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang), tujuan pembelian, persepsi seseorang terhadap barang dan jasa, dan faktor sosial serta budaya.
5.      Perilaku Pasca Pembelian
Setelah pembelian suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Jika konsumen marasa puas maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu kembali. Namun, apabila konsumen tidak puas maka ia akan mengurangi ketidakcocokkannya dengan meninggalkan atau mengembalikanproduk tersebut atau mereka mungkin akan mencari informasi yang mungkin mengkonfirmasikan produk tersebut menjadi bernilai tinggi.
   
INTERAKSI ORANG DENGAN SITUASI
Memahami serta menganalisis pengaruh situasi dalam proses pembelian barang , banyak dan konsumen yang di pengaruhi oleh variasi dari situasi lain yang sesuai dengan keadaan mereka saat itub .

      PENGARUH SITUASI YANG TIDAK TERDUGA
Bagaimana seseorang mengerti akan potensi dari pengaruh situasi yang tak terduga yang dapat merusak keakuratan ramalan yang didasarkan pada maksud pembelian , yang tadinya dia tidak mau embeli barang  tapi karena suatu hal jadi membeli barang tersebut .

Sumber : Wikipedia Indonesia

pengaruh keluarga dan rumah tangga


 Pengaruh Keluarga dan rumah tangga
Pengaruh keluarga sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam pembelian produk untuk kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga didasarkan pada umur dan jenis kelamin anggota kelompok dalam keluarga. Dengan pertimbangan ini perlu memperhatikan siapa-siapa yang menjadi pengambilan keputusan dalam membeli keperluan rumaha tangga. Pengambil keputusan ini akan mempengaruhi:
a. Iklan --- Ciri-ciri pembuatan keputusan keluarga mempengaruhi isi pesan iklan. Jika istri atau suami dalam pembuatan keputusan, pesan iklan harus diarahkan untuk memenuhi kelompok dominan tersebut. Masalah strategi yang lebih sulit muncul ketika keputusan dibuat bersama. Apakah seharusnya iklan diarahkan kepada suami atau istri, atau seharusnya satu iklan didesain untuk menarik kedua-duanya.
b. Media --- Pemilihan media seharusnya didasarkan pada siapa yang lebih terlibat dalam pengambilan keputusan. Jika misalnya istri lebih dominant dalam pengambilan keputusan, yang berarti dia lebih terlibat daripada suami, maka media untuk menampilkan iklan juga harus media yang berorientasi pada perempuan dewasa.
c. Pengembangan Produk --- Persoalan yang muncul dalam masalah pengembangan produk adalah apakah produk yang dikembangkan hanya untuk satu anggota keluarga saja atau justru meliputi seluruh keluarga. Dalam pengembangan produk, terutama yang berkaitan dengan produk untuk anak-anak, seharusnya desain produk, terutama yang berkaitan dengan produk tidak berdasarkan pada selera si anak, (anak tidak/belum mempunyai pilihan yang tepat dan biasanya pengaruh ibu lebih besar) tetapi mendasarkan pada perspektif dan selera ibu.
d. Penetapan Harga --- Strategi harga mungkin juga dipengaruhi oleh identifikasi pembuat keputusan. Artinya, harga yang ditentukan untuk suatu produk, harus mempertimbangkan tanggapan pengambil keputusan pembelian. Suami biasanya menentukan berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk mobil, sedangkan istri lebih banyak menentukan dalam pembelian peralatan rumah tangga. Dengan demikian, pemasar dalam menetukan harga mobil atau harga peralatan rumah tangga harus memperhatikan tingkat sensivitas suami atau istri.
e. Distribusi --- Sifat-sifat pembuatan keputusan keluarga mungkin juga mempengaruhi strategi distribusi. Jika keputusan dibuat secara bersama, toko-toko membutuhkan jam buka lebih lama untuk mengakomodasi suami atau istri. Orientasi produk untuk masing-masing anggota keluarga, membutuhkan peralatan display yang terpisah.

Sumber : Wikipedia Indonesia

pengaruh individu


Pengaruh Individu
Perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi konsumen. Karakteristik-karakteristik tersebut misalnya: umur konsumen, tahapan dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. Peranan usia dan siklus hidup mempunyai pengaruh penting terhadap pembentukan perilaku konsumen, tinggi rendahnya usia seseorang biasanya akan mempengaruhi minat terhadap suatu produk, seperti selera pada makanan, pakaian, mobil, dan rekreasi. Tahapan siklus hidup keluarga konsumen (family life cycle) merupakan urutan yang teratur mengalami perubahan dalam mengkonsumsi suatu produk, di mana proses ini berkembang melalui kedewasaan, pengamanan, perubahan pendapatan serta status pekerjaan dan pernikahan (keluarga). Manajer pemasaran sering mendefinisikan sasaran pasarnya dengan siklus hidup keluarga, seperti: menikah atau belum menikah, punya anak maupun tidak punya anak. Konsep diri merupakan bagaimana konsumen mempersepsikan diri mereka sendiri, di mana konsepsi diri ini dapat meliputi sikap, persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri. Meskipun konsepsi diri bisa berubah, maka perubahan tersebut biasanya bertahap (Lamb, et. al., 2001). Keberadaan konsepsi atau persepsi konsumen terhadap suatu produk dan mempengaruhi motivasi konsumen untuk belajar tentang bagaimana berbelanja, dan membeli suatu produk dan merek yang tepat. Pada tahapan selanjutnya kepribadian dan konsepsi diri konsumen dapat mencerminkan gaya hidup (life style) seseorang. Gaya hidup merupakan pola hidup yang diekspresikan oleh minat, kegiatan dan pendapat seseorang terhadap keputusan membeli suatu produk. Gaya hidup menggambarkan seseorang, tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungannya.
Sumber : Wikipedia Indonesia

pengaruh kelas sosial dan status


Pengaruh Kelas Sosial dan Status
Kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu komonitas masyarakat, yang tersusun secara hierarkis dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa (Setiadi, 2005). Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain, seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal.
Di Amerika Serikat karakteristik utama kelas sosial dibagi atas tujuh kelompok, yaitu: (1) kelas atas atas, (2) kelas atas bawah, (3) kelas menengah atas, (4) kelas menengah, (5) kelas pekerja, (6) kelas atas bawah, (7) bawah bawah (Kotler, 2002).
  1. Kelas atas atas merupakan kelompok elit sosial yang hidup dari aset kekayaan warisan turun temurun. Walaupun merupakan kelompok kecil, mereka menjadi kelompok panutan, di mana keputusan konsumsi mereka ditiru oleh kelompok sosial lain.
  2. Kelas atas bawah. Kelompok sosial ini memiliki penghasilan atau kekayaan yang besar karena kemampuan yang luar biasa dalam profesi atau bisnisnya. Kelompok ini biasanya berasal dari kelas menengah yang merupakan orang kaya baru dengan pola konsumsi mencolok dengan tujuan mengesankan orang-orang di bawah mereka.
  3. Kelas menengah atas. Kelompok ini tidak memiliki status keluarga dan kekayaan yang luar biasa. Mereka terutama hanya memperhatikan karir, dan umumnya mereka adalah para profesional, wiraswasta, dan manajer perusahaan.
  4. Kelas menengah. Mereka merupakan pekerja kerah putih dan kerah biru bergaji menengah yang tinggal dibagian kota yang lebih moderen . Kelas menengah ini lebih senang menghabiskan uang untuk mendapatkan pengalaman yang berharga, mengarahkan anak-anak mereka untuk berpendidikan tinggi.
  5. Kelas pekerja. Merupakan kelas pekerja kerah biru yang berpenghasilan menengah dan mereka yang mempelopori gaya hidup kelas pekerja, tanpa memperhatikan penghasilan, latar belakang pendidikan, atau jabatan.
  6. Kelas atas bawah. Anggota kelas atas bawah adalah pekerja dengan standar hidup sedikit di atas garis kemiskinan. Kelompok ini merupakan kelompok sosial yang berpendidikan rendah.
  7. Kelas bawah bawah. Anggota kelas bawah bawah ini merupakan kelompok yang disantuni oleh pemerintah, melarat berkepanjangan, dan tidak mempunyai pekerjaan.
Selanjutnya, di Indonesia untuk mengukur besarnya pendapatan masyarakat oleh Badan Pusat Statistik dalam survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS) masih menggunakan pendekatan pengeluaran, sehingga masyarakat enggan menggungkap kenyataan yang sebenarnya. Selain itu untuk kepentingan penelitian, para peneliti sering menggolongkan pendapatan konsumen ke dalam beberapa kelompok untuk menggambarkan perbedaan daya beli.
Salah satu cara pengelompokan pendapatan penduduk adalah menggunakan kriteria Bank Dunia, yaitu dengan cara membagi penduduk ke dalam tiga kelompok, di mana 40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan sedang, dan 20% penduduk berpendapatan tinggi (Sumarwan, 2004).

Sumber : Wikipedia Indonesia

pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi


Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi
Budaya merupakan karakter sosial konsumen yang membedakannya dengan kelompok kultur lain di sekitarnya. Budaya merupakan sesuatu yang harus dipelajari, konsumen tidak dilahirkan secara spontan untuk memahami serangkaian nilai pokok, persepsi, preferensi dan perilaku melainkan melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga inti lainnya. Masing-masing budaya terdiri dari sub budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya. Kotler (2005), mengidentifikasikan sub budaya terdiri atas: (1) kelompok kebangsaan, (2) kelompok agama, (3) kelompok rasial (4) kelompok kedaerahan (geografis). Sub budaya tersebut akan membentuk suatu segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Budaya konsumen merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Seperti budaya minum kopi merupakan budaya yang telah menjadi ritual dalam kehidupan masyarakat pedalaman di Ethiopia.
Terdapat dua factor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu factor sosial budaya yang terdiri atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi serta keluarga. Faktor lain adalah factor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.
1. Budaya
Budaya yang ada dalam sekelompok masyarakat merupakan seperangkat aturan dan cara-cara hidup. Dengan adanya aturan dan cara-cara hidup, anggota dituntut untuk menjalani kehidupan yang serasi. Masyarakat diperkenalkan pada adanya baik-buruk, benar-salah dan adanya harapan-harapan hidup. Dengan aturan seperti itu orang akan mempunyai pijakan bersikap dan bertindak.
Budaya adalah dinamis. Budaya secara berkelanjutan berevolusi, meramu gagasan-gagasan lama dengan kemasan baru dan seterusnya. Suatu area budaya terdiri atas area-area fungsional sebagai berikut:
a. Ekologi --- merupakan system beradaptasi pada habitat/lingkungan. Ekologi ini dibentuk oleh teknologi yang digunakan untuk memperoleh dan mendistribusikan sumber daya. Sebagai contoh Negara Jepang sangat ahli dalam mencanangkan produk yang efesien karena mereka dihadapkan pada luas wilayah yang sempit.
b. Struktur Sosial --- Merupakan wilayah yang berfungsi sebagai penjaga ketertiban kehidupan sosial. Struktur sosial ini meliputi kelompok politik domestic yang dominan dalam budaya.
c. Ideology --- Merupakan karakteristik mental dari orang-orang dalam suatu masyarakat dan cara-cara mereka berhubungan dengan lingkungan dan kelompok sosial lainnya. Fungsi ideologi ini berkisar pada bagaimana anggota masyarakat memiliki pandangan yang umum pada dunia, seperti bagaimana prinsip-prinsip moral, etos kerja dan prinsip-prinsip estetik.

Sumber : Wikipedia Indonesia